Presentasi Tunggal Ikmal Awfar

Tangkapan kamera yang kemudian diproyeksikan dalam medium fotografi umumnya dipandang sebagai satu upaya mentransformasikan, dalam ilusi upaya mengabadikan, ruang dan waktu. Dari situasi dinamis menjadi ingatan penuh interpretasi. Fotografi yang dipercaya memiliki kemampuan untuk mengabadikan peristiwa telah lama berkembang dan dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Di wilayah artistik, seniman tidak hanya memanfaatkan medium tersebut untuk merekam ingatan dan peristiwa, fotografi juga menjadi cara lain dalam mengungkapkan ekspresi pribadi yang di dalamnya berisi aspirasi dan pengalaman sang manusia di belakang kamera.

Apa yang terjadi dalam isi kepala seniman pemegang kamera bisa jadi sama rumitnya dengan cara kerja pantulan cahaya yang ditangkap kamera sebelum dimanifestasikan menjadi imaji yang kita sebut karya cetak fotografi. Peristiwa apa yang ditangkap dalam batasan bingkai lensa? Bagaimana seniman mempertimbangkan apa saja yang masuk dalam bingkai dan apa saja yang tidak perlu mereka rekam? Keseluruhan kompleksitas pertanyaan tersebut kemudian menjadi titik awal Ikmal Awfar dalam mempresentasikan proyek tunggalnya bertajuk SELF.

SELF merupakan manifestasi serangkaian pemikiran atas makna menjadi manusia yang tidak dibatasi oleh bingkai identitas. Dihadirkan dalam tiga bagian proyek artistik, SELF dimaknai sebagai lontaran-lontaran pertanyaan atas bingkai identitas diri yang seringkali dianggap mewakili keseluruhan kompleksitas pengalaman dan ingatan seorang manusia. Dalam presentasi tunggal perdananya ini, Ikmal menelusuri kembali dirinya melalui dialog bersama orang-orang terdekat. Tidak berhenti sampai di situ, penelusuran Ikmal juga mencakup ketertarikannya pada mekanisme kamera yang telah bertahun-tahun ia geluti.

Presentasi bagian pertama SELF bertajuk The Marks merepresentasikan bagaimana tanda lahir menjadi penanda sekaligus ingatan atas keberadaan diri manusia di dunia. Tanda lahir yang melekat pada tubuh manusia dapat dibayangkan sebagai pola-pola khas yang mewakili keberadaan fisik manusia. Di dalamnya mencakup pula gagasan ketidaksanggupan manusia dalam memutuskan untuk dilahirkan atau tidak. Dalam The Scars yang merupakan bagian kedua presentasi SELF, luka fisik dihadirkan sebagai bentuk lain memaknai kehidupan manusia. Berbeda dengan tanda lahir yang sepenuhnya  di luar kuasa manusia, luka fisik menjadi cerminan keinginan manusia untuk menjalani hidupnya. Luka yang hadir secara sengaja ataupun tidak sengaja nyatanya meninggalkan jejak fisik, membuatnya abadi sebagai ingatan atas pengalaman-pengalaman yang menubuh.

Bagian penghujung SELF dalam konstelasi gagasan The Eye memosisikan bingkai lihat kamera sebagai poros utama penelusuran diri. Mata yang berfokus pada titik lihat kemudian dipantulkan kembali melalui fragmen-fragmen cermin yang merepresentasikan riuhnya situasi dan pemikiran di dalam diri. The Marks, The Scars, dan The Eye adalah serangkaian upaya Ikmal Awfar dalam menghadirkan SELF yang terdispersi tidak hanya dari dalam diri sang seniman, tetapi juga sebagai satu bentuk upaya kolaborasi dan partisipasi yang melibatkan penonton.

SELF adalah sebuah respons atas spektrum pertanyaan dan pernyataan atas diri manusia. Bagaimana manusia terbentuk dari pengalaman dan lingkungan yang secara sengaja maupun tidak sengaja juga turut membentuk manusia lainnya. SELF menjadi upaya manifestasi diri yang bersifat jamak, kolektif, dan luas dalam konteks artistik. Keseluruhan diri yang dipresentasikan dalam SELF merupakan gambaran kelindan pengalaman hidup banyak orang melalui kehadiran tanda lahir, luka, dan cara pandang yang pada akhirnya memperkaya pemahaman individu manusia atas dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

__________________________________

Images captured by the camera then projected through the medium of photography are generally seen as an attempt to transform—within the illusion of preservation—space and time. From dynamic situations, they become memories laden with interpretation. Photography, long believed to possess the ability to immortalize events, has evolved and been utilized across various fields. In the artistic realm, artists not only use this medium to document memories and occurrences; photography also serves as another means of expressing personal emotions, aspirations, and experiences of the individual behind the camera.

What unfolds in the mind of the artist behind the camera can be as intricate as the process of light reflection captured and transformed into the image we recognize as a photographic print. What moments are chosen to exist within the frame of the lens? How does the artist determine what belongs inside the frame—and what can remain unseen? These layered considerations form the conceptual point of departure for Ikmal Awfar’s solo project, SELF, where the act of framing becomes both a technical and introspective gesture.

SELF is a manifestation of a series of reflections on the meaning of being human—beyond the confines of identity frames. Presented in three parts, SELF unfolds as a series of inquiries into how identity is often perceived as representing the entirety of one’s complex experiences and memories. In his first solo presentation, Ikmal revisits his sense of self through dialogues with those closest to him. Beyond that, his exploration also extends to his long-standing fascination with the mechanisms of the camera—an instrument he has engaged with for many years.

The first part of SELF, titled The Marks, represents how birthmarks serve as both signs and memories of human existence in the world. Birthmarks attached to the human body can be imagined as distinctive patterns that signify one’s physical presence. They also encompass the idea of human’s helplessness in deciding whether or not to be born.

In The Scars, the second part of the SELF presentation, physical wounds are brought forth as another way of interpreting human life. Unlike birthmarks, which lie entirely beyond human control, physical wounds reflect a person’s will to live. Whether intentional or accidental, these wounds leave behind physical traces, making them eternal reminders of embodied experiences.

The concluding part of SELF, within the constellation of ideas titled The Eye, positions the camera’s frame of vision as the central axis of self-exploration. The eye, focused on a single point of view, is then reflected through fragments of mirrors that represent the noise and complexity of the inner self. The Marks, The Scars, and The Eye together form Ikmal Awfar’s series of attempts to present SELF as something dispersed—not only emerging from within the artist himself but also as a form of collaboration and participation that engages the audience.

SELF is a response to a spectrum of questions and statements about human existence—how individuals are shaped by experiences and environments that, whether intentionally or not, also influence and form others. SELF becomes an attempt to manifest the self in a plural, collective, and expansive artistic context. The entirety of the self presented in SELF reflects the interwoven experiences of many lives through the presence of birthmarks, scars, and perspectives, which ultimately enrich each individual’s understanding of themselves and the people around them.

(Pengantar pameran SELF: Pameran Tunggal Ikmal Awfar, 26 Oktober-7 November 2025, Plaza Bisnis Kemang, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia)