Mengelola ruang merupakan salah satu isu yang banyak diperbincangkan dalam ranah manajemen seni. Melihat situasi hari ini, ketika banyak institusi atau pun ruang kesenian berupaya bertahan dalam kondisi tanpa pengunjung (walaupun sebagian sudah mulai beroperasi dengan protokol tertentu), kerja-kerja di wilayah manajemen seni banyak melakukan eksperimen interaksi baru. Meskipun begitu, di luar kondisi kunjungan terbatas sekalipun, manajemen ruang seni selalu menarik untuk diperbincangkan. Strategi-strategi hingga tawaran program setiap ruang seni menunjukkan identitas serta karakteristik masing-masing ruang tersebut, yang pada akhirnya melahirkan ragam aktivitas kesenian.
Melanjutkan diskusi NuArt Talks pekan lalu yang berupaya memetakan ragam isu dalam lingkup manajemen seni, NuArt Talks kali ini akan lebih spesifik mengupas bagaimana manajemen seni bekerja dalam konteks pengelolaan ruang seni. NuArt Talks: Kelola Ruang Seni akan menelusuri sosok serta kerja-kerja yang kemudian mendistribusikan karya seni, atau kesenian secara umum, kepada publik melalui tawaran-tawaran program tertentu. Faktor-faktor apa saja yang perlu diolah dan dipertimbangkan dalam penyelenggaraan sebuah perhelatan kesenian hingga bagaimana sebuah ruang seni mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu.
Mengundang narasumber-narasumber yang merupakan perwakilan dari Lawangwangi-ArtSociates dan Selasar Sunaryo Art Space, NuArt Talks: Kelola Ruang Seni menawarkan sebuah diskusi untuk mengupas manajemen ruang seni melalui studi kasus yang spesifik.
(Program NuArt Sculpture Park NuArt Talks: Kelola Ruang Seni, 24 Juni 2020, Kanal YouTube NuArt Sculpture Park)