“491

Self-observation. – Man is very well defended against himself, against being reconnoitered and besieged by himself, he is usually able to perceive of himself only his outer walls. The actual fortress is inaccessible, even invisible to him, unless his friends and enemies play the traitor and conduct him in by a secret path.”1

1

Hukum/Ruang Publik. – Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu mempertanyakan kebijakan-kebijakan kolektif yang disepakatinya sendiri.

 

2

Seksual/Sensual. – Kemampuan manusia untuk mengolah rasa dan melihat sesuatu dari dua (atau lebih) bentuk perspektif.

 

3

Individualitas/Spiritualitas. – Manusia yang mampu berpikir tentang dirinya, untuk dirinya, namun di saat yang bersamaan mencari keterkaitannya dengan sesuatu yang bukan dirinya.

 

4

Rutinitas. – Disadari ataupun tidak, masing-masing individu manusia secara perlahan membentuk pola-pola aktivitas kesehariannya. Dalam ragam bentuk dan jenis aktivitas tersebut, terdapat pola-pola berulang yang mungkin disadari, dapat dibaca, dan ditelaah hingga akhirnya menemukan satu hingga banyak hal menarik untuk diperdalam.

 

5

Kesepakatan kolektif. – Pola-pola yang terjadi dalam aktivitas individu secara perlahan menemukan irisannya dengan aktivitas individu lain, membuat mereka merasa memiliki kesamaan ketertarikan hingga pola pikir dan cara mereka menjalani kehidupan. Kumpulan individu-individu dengan satu atau lebih irisan kemudian bertemu dengan kelompok individu lain dengan jenis dan jumlah irisan yang berbeda pula. Pertemuan ini memungkinkan terjadinya pembentukan kelompok individu (dengan irisan tertentu) yang lebih besar atau pertentangan antar kelompok individu.

 

6

Kontemplasi. – Individu yang merasa tidak memiliki irisan dengan individu lain, ataupun jika ada jumlahnya sangat terbatas, kemudian secara perlahan mempertanyakan posisi hingga ketertarikan dirinya sendiri. Individu menjadi individualistik. Di satu sisi mengurangi kemampuan dan keinginan bersosialisasi, di sisi lain menambah kemampuan introspeksi dan berpikir secara lebih mendalam.

 

7

Seniman dan infrastruktur fisik. – Aktivitas keseharian individu secara umum selalu mempertemukan individu tersebut tidak hanya dengan individu lain melainkan juga infrastruktur fisik yang dibangun individu pemilik modal ataupun pemegang kuasa. Secara khusus, individu yang kreatif, seringkali disebut seniman, memandang infrastruktur tersebut secara berbeda. Individu-individu ini lebih sensitif dalam melihat potensi lain dari infrastruktur-infrastruktur fisik tersebut untuk kemudian diolah menjadi sebuah bentuk lain yang bisa jadi berbeda sacara fisik dan fungsinya.

 

8

Seniman dan suprastruktur. – Kelompok individu tertentu membangun infrastruktur , sementara kelompok lainnya merumuskan apa yang baik dan benar serta apa yang buruk dan salah dalam lingkup suprastruktur. Pada kenyataannya, individu kreatif tidak hanya mempertanyakan bentuk, fungsi, dan tujuan dibangunnya infrastruktur, tetapi mereka juga mempertanyakan hingga bahkan menolak bentuk-bentuk suprastruktur yang telah disepakati kelompok individu tertentu. Tidak jarang, hal tersebut memunculkan kontroversi atau bahkan gagasan untuk memikirkan kembali (hingga mengubah) suprastruktur yang telah disepakati.

 

9

Seniman dan dirinya. – Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan berkembang sehingga menjadikannya makhluk yang terus menerus mengalami perubahan. Begitu pula individu kreatif, tidak hanya mempertanyakan hal-hal di luar dirinya tetapi juga hal-hal yang ada dalam dirinya. Infrastruktur dan suprastruktur adalah bentuk-bentuk permukaan yang tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk mendefinisikan kehidupan dan pola pikir individu yang hidup di dalamnya. Hubungan individu dengan dirinya sendiri seringkali muncul dalam bentuk-bentuk karya individu kreatif yang dimanifestasikan dalam bentuk tulisan, artefak, hingga bahkan sesuatu yang tidak memiliki bentuk fisik.

 

TRIKE: Human, All Three Human merupakan upaya tiga individu kreatif untuk mempertanyakan hubungan dan interaksi masing-masing individu tersebut terhadap kesepakatan-kesepakatan infrastruktur fisik, suprastruktur, hingga eksistensi individu itu sendiri. TRIKE adalah sebuah wadah kolektif yang terdiri atas tiga seniman dengan latar belakang desainer grafis. Nama TRIKE diambil dari singkatan populer untuk kendaraan roda tiga, tricycle dan dapat dimaknai sebagai sebuah kendaraan (gagasan kolektif) yang digerakkan oleh tiga siklus (metode eksplorasi ataupun olah gagasan masing-masing individu seniman).

 

  1. Hollingdale, R.J. 1996. Nietzsche, Human, All Too Human: A Book for Free Spirits (1878), halaman 179-180. Cambridge: Cambridge University Press.

 

(Press release dan pengantar kuratorial untuk TRIKE: Human, All Three Human,  5 – 12 Mei 2017, Kolekt, Bandung, Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *