Pengalaman sehari-hari merupakan pembentuk diri meskipun pada kenyataannya tidak seluruh pengalaman tersebut terabadikan dalam bentuk ingatan. Ingatan kita bersifat parsial. Ingatan lebih cenderung menyimpan momen-momen, yang pengertiannya adalah waktu yang pendek atau berlalu dengan cepat. Kesementaraan kemudian menjadi esensi hidup manusia, atau makhluk hidup secara umum. Namun, berapa banyak manusia yang merenungi hal tersebut di tengah-tengah kepadatan aktivitas yang bertransformasi menjadi rutinitas?

Kita mengenal kata ‘becermin’ yang maknanya bisa sedangkal menggunakan cermin ataupun objek reflektif, atau becermin dalam pemaknaan yang lebih dalam: memikirkan; meneliti; mengambil pelajaran; hingga kontemplasi. Cermin menjadi objek sederhana sekaligus bermakna. Dikotomi cermin ini yang kemudian menjadi wilayah eksplorasi Puri Fidhini dalam You, In A Glimpse. Melihat secara sekilas, sekelebat, ataupun sesaat, merupakan suatu bentuk aktivitas yang dapat mewakili kata momen. Momen yang, oleh Puri, ‘dipermainkan’ melalui objek cermin. Bagaimana jika cermin, yang biasa kita pandangi sehari-hari dalam ruang pribadi, dihadirkan dalam ruang publik yang melibatkan banyak orang?

Tarik menarik antara aktivitas mengapresiasi karya, memandang diri, serta rasa canggung berada dalam ruang publik, menjadi komponen-komponen penting dalam karya-karya reflektif Puri Fidhini. You, In A Glimpse menuntut bentuk apresiasi melalui kontemplasi sesaat yang ‘diganggu’ oleh kehadiran momen. Dalam hal ini, peristiwa sekilas yang terjadi dalam bentuk pantulan cermin ataupun objek-objek reflektif seperti alumunium. Ketidakberdayaan mengontrol momen ataupun peristiwa kemudian menjadi poin lain dalam You, In A Glimpse. Diri dalam momen dan kondisi yang tidak pernah ‘menjadi.’

 

(Pengantar kuratorial untuk pameran You, In A Glimpse,  17 November – 8 Desember 2017, Orbital Dago, Bandung, Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *