ArtTelling merupakan sebuah perhelatan yang melibatkan seniman, musisi, serta komunitas kreatif di Bandung. Dalam istilah Barat, perhelatan seperti ini identik dengan apa yang disebut sebagai arts festival dimana berbagai cabang seni turut berpartisipasi dan berkolaborasi. Three Choirs Festival yang diselenggarakan di Inggris Abad ke-18, tepatnya pada tahun 1719, tercatat sebagai sebuah arts festival tertua di dunia. Meskipun secara konsep beririsan dengan arts festival, ArtTelling menyuguhkan beberapa penekanan yang cukup berbeda. Hal ini tentunya berkaitan dengan kultur serta selera masyarakat di Indonesia, terutama di kota Bandung. Kota Bandung dikenal sebagai kota kreativitas dan seringkali dianggap sebagai produsen musisi-musisi berkualitas. Kedua hal ini nampaknya menjadi pertimbangan tersendiri dalam perhelatan ArtTelling dimana musisi lokal berkualitas disandingkan dengan seniman-seniman serta komunitas-komunitas kreatif di Bandung.

Apa yang terjadi ketika musisi berkolaborasi dengan seniman visual? Bagaimana komunitas kreatif merealisasikan gagasannya? Dan tentu saja, bagaimana seniman menghadapi ruang pamer yang tidak se-eksklusif galeri-galeri seni? Semua pertanyaan tersebut merupakan tantangan-tantangan yang berusaha dijawab dalam perhelatan ArtTelling. Meskipun begitu, terlepas dari gagasan besarnya yang ingin mewadahi berbagai cabang seni, ArtTelling sekilas lebih mengedepankan seni musik. Hal ini sebenarnya memunculkan kerancuan serta klaim-klaim tertentu yang justru mempersempit gagasan perhelatan ArtTelling yang pada awalnya beririsan dengan arts festival menjadi hanya sebuah konser musik yang diperkaya dengan hadirnya karya-karya visual serta kegiatan kreatif lainnya.

Apakah ArtTelling sebuah konser musik? Atau sebuah festival seni? Yang jelas, selain menawarkan sebuah konser musik yang berkualitas, ArtTelling menghadirkan karya-karya seni visual yang cukup menarik dan variatif. Dimulai dari kolaborasi antara grup musik Under the Big Bright Yellow Sun dengan komunitas kreatif KULTSE, STORNsystem, dan GNOMIC. Kolaborasi ini menghasilkan karya-karya new media yang inovatif dan berbau futuristik. Selain karya kolaborasi, komunitas-komunitas tersebut juga menampilkan karya-karya mandirinya. Di samping itu, karya-karya seni visual seperti drawing, fotografi, hingga karya video merupakan varian lain yang disuguhkan ArtTelling. Sederet lokakarya pun disiapkan untuk lebih melibatkan audiens ke dalam rangkaian acara.

Apa yang ditawarkan ArtTelling mungkin tidak sepenuhnya baru di Indonesia, namun seiring dengan perkembangan serta bermunculannya potensi-potensi baru di ranah kreatif, perhelatan seperti ArtTelling bisa dianggap sebagai sebuah momen yang patut diapresiasi dan tentunya dikembangkan lebih lanjut. ArtTelling merupakan sebuah upaya untuk menghilangkan kejenuhan akan statisnya susunan acara sebuah konser musik, pasifnya audiens dalam sebuah pameran kreatif serta terlalu eksklusifnya apresiator-apresiator karya seni rupa. Bagaimana ketiga hal tersebut dapat diatasi oleh sebuah perhelatan seperti ArtTelling? Pertanyaan tersebut merupakan sebuah kunci untuk menilai sejauh mana keberhasilan perhelatan menarik ini.

Akhir kata, go ahead, mari berapresiasi.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=Qi98fu-USfE]

(Pengantar perhelatan ArtTelling 28 Maret 2015, Maja House, Bandung, Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *