Tentang pengalaman, pemikiran, dan pergerakan Dolorosa Sinaga. Pameran Dolo di NuArt menghadirkan lebih dari 40 karya Dolorosa Sinaga yang mencakup serangkaian titik tolak perjalanan artistik selama kurun waktu 40 tahun.

Merupakan lulusan pertama seni rupa di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (saat ini bernama Institut Kesenian Jakarta) pada tahun 1977, Dolorosa Sinaga menyelesaikan studi lanjutannya di St. Martin School of Art, London, pada tahun 1982. Dolorosa kemudian menekuni konsep dan gagasan seni patung dari tubuh (sculpture from the body), sebuah konsep yang memercayai bahwa hakikat seni patung adalah perihal manusia dan ekspresi tubuhnya. Melalui titik tolak gagasan tersebut, Dolorosa produktif menghasilkan karya-karya yang bermuara pada esensi manusia dan kemanusiaan, memahami manusia dari sisi pemikiran, gerak tubuh, hingga kesadaran sosial-politiknya.

Dalam karya-karya bertajuk Dance of Synergy (2012), Penari Betawi (2018), hingga Dance of Freedom (2018), Dance Your Life (2018), dan seri Batak Ritual Dance (2022), Dolorosa memaknai hakikat manusia melalui keluwesan gerak tubuh yang sekaligus mengindikasikan keragaman preferensi olah material artistik. Manusia lantas dimaknai melalui interaksinya dengan manusia lain, dalam hal ini termanifestasi dalam karya-karya bertajuk Life is A Long Song (2018), Sia-Sia (Ah. Hati Yang Tak Mau Memberi, Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi) (2005), Sampai Tua Bersama (2008), serta General, Have You Read the Book of Love? (2006).

Rangkaian kekaryaan Dolorosa Sinaga juga mencakup isu-isu perempuan dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang erat dengan nuansa serta pernyataan politis. Karya-karya seperti Solidaritas (2000), We Will Fight (2003), dan Cerita Perempuan (2001) menekankan pentingnya kesadaran individu serta kolektif dalam menelusuri spektrum pemikiran perempuan. Begitu pula dengan Rebahan dengan Buku (2001), Homage to Käthe Kollwitz (2000), dan Mengapa Kau Culik Anak Kami (1997) yang menjadi cerminan kompleksitas isu sosial-politik dalam diri perempuan. Menyelami kekaryaan Dolorosa berarti juga menelaah kembali pijakan sejarah serta pilihan dan sikap politik sang seniman. Karya-karya seperti Concise History of the Mass Murder of 1965 in Indonesia (2015), Monumen Tsunami Aceh 2004 (2006), Soekarno Dibungkam (2016), Namaku Sarinah (2022), hingga Hanya Satu Kata: Lawan! (2003) tidak hanya berbicara perihal pengalaman gelap manusia Indonesia, tetapi juga terang benderangnya kemanusiaan dalam ingatan dan perlawanan.

Dolorosa Sinaga adalah manifestasi utuh kegelisahan manusia. Dari tubuh hingga pemikiran yang menubuh. Untuk itu, NuArt Sculpture Park dengan bangga mempersembahkan pameran Dolo di NuArt. Sebagai ruang yang menekankan komponen seni, budaya, dan alam, perhelatan Dolo di NuArt melengkapi satu lagi komponen penting dalam visi NuArt Sculpture Park: Manusia. Dolo di NuArt merupakan tawaran sekaligus titik tolak renungan mengenai bagaimana memahami dan menjadi manusia.

Kurator: Asep Topan & Bob Edrian

(Pengantar kuratorial untuk Dolo di NuArt,  6– 30 November 2022, Galeri Teras, NuArt Sculpture Park, Bandung)