Selamat datang di Flash, Pow, Bham!
Sebuah perjalanan menelusuri dan berinteraksi dengan karya-karya serta pemahaman Naufal Abshar terhadap hubungan manusia dan dunia hiburan. Sebagaimana kata-kata berbasis bebunyian, Flash, Pow, Bham! diangkat menjadi tajuk pameran tunggalnya, Naufal menawarkan buah pikir dan olah artistik terkait upaya manusia memaknai dirinya secara individu maupun sebagai bagian dari kolektif masyarakat melalui pencarian dan pilihan hiburan. Flash, kilatan serta gegap gempitanya industri hiburan yang begitu deras, cepat, dan seketika dalam tumpukan pilihan di dalam layar. Pow, berkaitan dengan ‘pukulan-pukulan’ informasi dalam era internet yang datang dan pergi. Hingga Bham!, lahirlah kegelisahan-kegelisahan akibat ketidakberdayaan manusia dalam menanggapi keberadaannya sendiri di tengah dunia interaktif yang saling terkoneksi.
Flash, Pow, Bham! adalah pernyataan terkini Naufal Abshar atas digdayanya dunia hiburan yang membuat manusia perlu memikirkan kembali makna selera, pilihan, dan interaktivitas.
Welcome to Flash, Pow, Bham!
A journey to explore and interact with Naufal Abshar’s recent artworks as well as his understanding toward the relationship between human and the world of entertainment. As sound-related words, Flash, Pow, Bham! appointed as the title for his solo exhibition, Naufal presents his ideas and artistic exploration related to human efforts to understand themselves individually and as part of a society by seeking and choosing their own entertainment. Flash, the clamor of the entertainment industry that is so swift, fast, and instantaneous in a pile of choices on the screen. Pow, related to the repeated ‘blows’ and ‘punches’ of information in the Internet age that quickly come and gone. And then Bham!, the inception of anxiety due to human helplessness in responding to their own existence in the middle of a connected interactive world.
Flash, Pow, Bham! is Naufal Abshar’s latest statement on the capacity of entertainment which requires us to rethink the meaning of taste, choices and interactivity.
Geliat upaya manusia dalam mencari, menikmati, hingga memainkan peran dalam ragam jenis hiburan telah menjadi ketertarikan Naufal Abshar sejak pameran tunggal terdahulunya bertajuk The World of Entertainment (2018). Dalam Flash, Pow, Bham!, Naufal berupaya memikirkan kembali esensi keberadaan manusia melalui observasinya terhadap aktivitas-aktivitas keseharian di sekelilingnya hingga rentetan sejarah perkembangan hiburan beserta industrinya.
Naufal yang acap mengolah warna dan bentuk dalam sajian figur dan objek di atas bidang dwimatra belakangan melebarkan keluwesan olah medium artistiknya ke dalam bentuk-bentuk trimatra. Presentasi karya dalam Flash, Pow, Bham! menjadi gambaran konsistensi Naufal dalam menampilkan bentuk-bentuk impresi figur dan objek serta teks-teks ringan yang menohok.
The stretch of human efforts in seeking, enjoying, and playing a role in various kinds of entertainment has become Naufal Abshar’s interest since his previous solo exhibition entitled The World of Entertainment (2018). In Flash, Pow, Bham!, Naufal attempts to rethink the essence of human existence through his observations of the daily activities around him and the historical developments of entertainment and its industry.
Naufal, who often explores colors and shapes in the presentation of figures and objects on the two-dimensional plane, has recently expanded his artistic medium into three-dimensional forms. The artworks presentation in Flash, Pow, Bham! becomes a representation of the artist’s consistency in displaying forms of impressions of figures and objects as well as simple but striking texts.
Internet menjadi jangkar perubahan global yang meningkatkan intensitas komunikasi dan interaktivitas. Produksi informasi hari ini dibarengi dengan produksi respons individu maupun kelompok yang bisa jadi mencapai jumlah tak terhingga dan nyaris tanpa batas. Tidak terkecuali dengan dunia hiburan yang tidak hentinya memproduksi sajian dalam berbagai platform. Industri hiburan menjadi ruang pelarian sekaligus cerminan perilaku masyarakat di dunia nyata dan dunia virtual.
Naufal mencurigai keberadaan hiburan tidak hanya sebagai objek konsumsi, tetapi juga sebagai wilayah telaah dan eksplorasi terkininya terkait manusia. Kebutuhan interaksi manusia dihadirkan melalui presentasi karya-karya interaktif yang di satu sisi memperkaya repertoar sang seniman, kemudian di sisi lain mengubrak-abrik kesadaran atas makna sosial seorang manusia. Pemahaman tarik menarik antara aktivitas menghibur dan dihibur merupakan wilayah sentral yang menginspirasi kekaryaan Naufal Abshar.
The Internet has become the anchor of global change, increasing the intensity of communication and interactivity. The production of information today is accompanied by the production of individual and group responses which may reach an infinite number and are almost limitless. The world of entertainment is no exception, which continues to produce content and programs on various platforms. The entertainment industry is an escape as well as a reflection of our behavior in the real world and the virtual world.
Naufal suspects the existence of entertainment not only as an object of consumption, but also as an area of study and exploration related to humans. The need for human interaction is presented through the presentation of interactive artworks which on the one hand enriches the artist’s repertoire, then on the other hand disturbs our awareness towards the social meaning of a human being. The understanding of the tug of war between the act of entertaining and the act of being entertained is a main territory that inspires Naufal Abshar’s work.
Seperti halnya aktivitas keseharian dan dunia hiburan hari ini yang bersifat publik dan terbuka, Naufal merekonstruksi dan membuka secara publik studio berkaryanya dalam perhelatan Flash, Pow, Bham!. Studio ini menghadirkan simulasi area berkarya Naufal pada saat ia menjalani program residensi hibrida di pertengahan masa pandemi (Januari-Maret 2021) di Downtown Manhattan, New York. Dalam periode tersebut, Naufal bersama kedua rekannya, Alain Goenawan dan Fan Fani, berangkat menuju New York untuk mengikuti program residensi yang diinisiasi oleh The School of Visual Arts New York City. Rekonstruksi studio berkarya ini merupakan area observasi, berkumpul, hingga temu seniman yang memungkinkan ragam simulasi dan interaksi. Keterbukaan melahirkan kerentanan, Naufal menyambut keduanya dengan tawa dan kesenangan. Semoga terhibur!
Just as daily activities and the world of entertainment today are public and open, Naufal reconstructed and opened his studio publicly in Flash, Pow, Bham!. This studio presents a simulation of the artist’s studio when he was undergoing a hybrid residency program in the middle of a pandemic (January-March 2021) in Downtown Manhattan, New York. During this period, Naufal and his two colleagues, Alain Goenawan and Fan Fani, left for New York to take part in a residency program initiated by The School of Visual Arts New York City. This studio reconstruction is an area of observation, gathering, and meeting (with the artist) that allows a variety of simulations and interactions. Openness breeds vulnerability, Naufal welcomes both with joy and laughter. Have fun!
Naufal Abshar adalah seorang seniman Indonesia yang lahir pada tahun 1993 di Bandung. Menyelesaikan studinya di Lasalle College of the Arts yang bekerja sama dengan Goldsmith University of London, Naufal telah berpartisipasi dalam berbagai pameran kelompok dan pameran Tunggal di berbagai tempat seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Hongkong, Taiwan, Washington DC, New York City, Venesia, dan Lituania. Pada tahun 2013, ia memenangkan hadiah pertama dalam kompetisi live painting Indonesia Arts Festival. Melalui seri karya “HAHA” yang memenangkan kategori Best Design dalam AMI Awards (untuk sampul album Kunto Aji), Naufal mengeksplorasi akar serta batas-batas antara humor dan tawa.
Sebagai seorang seniman, Naufal tertarik pada filsuf Henri Bergson dan Sigmund Freud yang kemudian membuatnya semakin giat menelusuri makna tawa dan mengamati fungsi sosialnya. “Pekerjaan saya mengeksplorasi penggabungan konsep tawa dan humor, yang bersifat universal dalam peradaban manusia. HAHA merepresentasikan tawa dalam berbagai aktivitas, yaitu: tertawa karena memenangkan sesuatu, tertawa karena mengejek seseorang, tertawa karena kegilaan atau bisa juga penolakan terhadap rasa takut. Oleh karena itu dalam karya saya, saya mencoba memutar peran tawa atau humor menjadi kegiatan pengulangan yang membangun kritik sosial. Perpanjangan bentuk pada humor politik dapat ditemukan di sebagian besar karya saya, penggunaan tawa satir menggambarkan bagaimana saya menggunakan tawa sebagai aktivitas yang dapat menyiratkan kritik.”
Di samping humor dan ragam manifestasinya, kekaryaan Naufal seringkali menghadirkan bermacam aktivitas sosial melalui sudut pandang keseharian dan budaya terkini. Naufal berupaya membongkar tabir perkembangan serta perubahan kebiasaan-kebiasaan sosial hari ini.
Naufal Abshar is an Indonesian artist, born in 1993 in Bandung. Completing his studies at Lasalle College of the Arts in partnership with Goldsmith University of London, Naufal has participated in various group and solo exhibitions in various places such as Jakarta, Singapore, Kuala Lumpur, Hong Kong, Taiwan, Washington DC, New York City, Venice, and Lithuania. In 2013, he won the first prize in the Indonesia Arts Festival live painting competition. With his “HAHA” series, Naufal explores the roots and boundaries of humour and laughter.
As an artist, Naufal was attracted to philosophers such as Henri Bergson and Sigmund Freud, which then made him more keen in exploring the meaning of laughter and observing its social function.. “My work explores the amalgamation of the concepts of laughter and humour, which are universal to human culture. HAHA represents laughter in various activities, which are: laughing because we won something, laughing because we mock someone, laughing induced by craziness or it can be a rejection of fears. So in my work, I try to twist the role of laughter or humour into an activity of repetition that constructs social criticism. The prolongation of form on political humour can be found in most of my works, the use of satire laughter illustrates how I use laughter as an activity that can imply criticism.”
Besides humor and its various manifestations, Naufal’s artworks often present various social activities through the perspectives of daily life and recent culture. Naufal seeks to unravel the veil of many developmenst and changes in today’s social habits.
(Teks kuratorial untuk Flash, Pow, Bham! The Man of 93, Naufal Abshar Solo Exhibition, 26 November– 12 Desember 2022, SPAC8, ASHTA District 8, Jakarta)