Wujud fisik dapat dipahami sebagai akumulasi kumpulan materi yang tumbuh secara organik atau dibentuk secara intensional. Wujud fisik dapat bersifat alami atau plastis yang seringkali tidak bersifat dikotomis. Proses mewujud oleh karenanya menjadi sebuah peristiwa yang dapat diapresiasi sebagai gerak alam yang beriringan dengan intensi kreasi manusia.

Embodied, presentasi tunggal Joko Avianto, menjadi gambaran eksplorasi artistik yang menyelami pijakan-pijakan yang menghubungkan antara proses mewujud hingga terwujudnya sebuah persepsi atas objek dan materialitas. Persepsi terhadap manifestasi fisik menjadi awal mula ketertarikan Joko dalam mengolah material bambu yang secara konsisten digelutinya. Bambu, di satu sisi merupakan manifestasi fisik alam yang banyak dimanfaatkan oleh manusia menjadi ragam perangkat dan infrastruktur. Di sisi lain, pemanfaatan material bambu dalam perkembangan seni patung acapkali diragukan berkaitan dengan daya tahan fisiknya. 

Elaborasi terkini Joko Avianto dalam Embodied merupakan suatu upaya reka ulang proses mewujud. Bagaimana proses tersebut tidak hanya menyingkap jejak alam dalam bentuk tarikan gaya gravitasi, tetapi juga memunculkan intensi artistik yang berpijak pada olah material seni patung. Dalam perkembangan sejarah seni patung, bentuk lipatan kain yang dihasilkan oleh pengaruh gaya gravitasi terhadap subjek/objek telah menjadi observasi intensif banyak seniman selama berabad-abad. Wujud lipatan kain mengarah pada imajinasi terkait bentuk atau karakteristik subjek/objek di dalamnya. Dalam Embodied, Joko justru menghilangkan kehadiran fisik subjek/objek di balik lipatan. Lipatan menjadi dirinya sendiri yang seolah menunduk pada tarikan gaya gravitasi, namun di saat yang bersamaan menafikannya.

Lebih jauh, lipatan eksplorasi Joko tidak memanfaatkan material kain yang tipis lentur. Joko memanfaatkan kombinasi material yang justru memiliki karakteristik lebih kaku ketimbang kain. Melalui material bambu (yang kali ini banyak memanfaatkan bagian daging bambu) yang dikombinasikan dengan beberapa material pendukung lainnya, karya-karya yang dipresentasikan dalam Embodied menyajikan satu garis proses perwujudan dari titik bentuk yang organik hingga bentuk terukur yang mengacu pada konteks yang spesifik. Embodied merepresentasikan satu perwujudan imajinasi terhadap subjek/objek yang sekaligus mengetengahkan kapabilitas seniman dalam menelusuri ragam jenis material alam yang diolah secara saksama.

Bagi Joko Avianto, pemanfaatan material bambu sedikit banyak menantang gagasan konvensional seni patung yang terbiasa dengan material-material kokoh dengan daya tahan tinggi. Bambu dalam Embodied, merupakan sebuah jembatan untuk menyampaikan aspirasi serta persepsi terkait kehadiran fisik, kekayaan alam nusantara, hingga isu-isu dalam masyarakat hari ini. Bambu pada akhirnya menjadi perwujudan tawaran perluasan khazanah perkembangan seni patung hari ini sekaligus menjadi representasi garis penghubung antara mewujud dan terwujud.

Makna mewujud dalam Embodied seolah berada di antara kesima dan curiga. Mewujud dihadirkan sebagai bentuk-bentuk yang memiliki dasar sekaligus tidak berdasar dalam artian yang positif. Bagaimana tampilan luar bisa jadi tidak merepresentasikan apa yang ada di dalam atau di baliknya.

(Esai pameran tunggal Joko Avianto, Embodied, 6–27 Desember 2023, Galeri Ruang Dini, Bandung, Jawa Barat, Indonesia)