Photography is an invention within the scope of human efforts to freeze the moment. Moment which has a specific value for a specific subject. Moment frozen in a photographic work encompass events, objects, and activities that are consciously or unconsciously limited by the size of the frame of the camera. Limitation or framing process performed by a photographer, in a certain sense, is an attempt to indicate which occurrence or object that becomes a focus on a photographic work. In its development, photography is not just talking about imitating something that exists in the world accurately and its reproductive ability which then provoke the commercialization of the photography itself, photography can also bring out a variety of things that cannot directly be found in objects or events photographed. The things that are beyond the limits (frame) of a photograph, triggered by the indices that appeared in the objects or events in the photo.
A boundary is not that at which something stops but, as the Greeks recognized, the boundary is that from which something begins its presencing.
Martin Heidegger, ‘Building, dwelling, thinking’
Quoting Martin Heidegger in his book Poetry, Language, Thought (1971), a boundary, in this case, the frame in the photo, is something that triggers the presence of ‘other things’ outside of the objects in the photograph. ‘Other things’ in question, can be ideas, concepts, criticism, or aspirations that may be beyond the control of the photographer. Even the simplest objects or trivial events, related to everyday life, in a photograph, are able to bring a variety of problems more complicated than what was photographed.
Humans by nature are complex beings, they cannot be separated from the environment which is then shaped the way of life as well as way of thinking that is different between one man and another. The environment in which humans carry out their everyday life. However, what is carried out daily by human sometimes deemed too trivial when compared with the dream or great ideals of human beings. Everyday life is often overlooked and considered not significant.
An occurrence or object in the photo indicate an issue related to the complexity of human thoughts as well as their lives. A photograph of personal space such as a bedroom may indicate the personality of a human who occupied it. Even farther, an object in a photograph, which also personal, can indicate tastes, ideology, up to the moral of the owner of the object. Moments or objects in everyday life that are personal and individual are the keys to unlock the doors of personality and life of a human being up to socio-cultural conditions around him.
The works of Jacques Henri Lartigue amateur photography in his childhood (beginning in 1901 when he was seven years old) can describe the life of a child in wealthy family environment. A set of photographs entitled the Face of Our Time (1929) by August Sander was able to bring social and political conditions of Germany in the 1920s through the portraits that depict the daily activities of the people around him. Up to the period of the visit of Ai Weiwei to the United States in 1981 which he recorded in his photographs (known as the New York Photographs), were able to describe the process of acculturation which experienced by Ai Weiwei during the period of him finding out how democracy applied in a country. All of them are the works of photography that not only capture the everyday life but also provide experience and understanding of the things that are much broader than the objects and occurrence in a photo.
George Mandagie, in his three series of work, each titled Maya, Chemin du Ha Ha, and Villa Perochon, shows an attempt to reveal the identities from a third-person perspective. While Sandi Jaya Saputra, in Nothing is Imagined #1, #2, and #3, presenting the identity from a first-person perspective, the scope of his own life. Both indicate a main tendency that overlap, i.e. how identity can be revealed from the everyday life activities as well as the everyday objects.
As well as words or sentences in a text in bold, framing in photography (consciously or unconsciously) is an attempt to emphasize or giving an index which leads to what is to be conveyed or captured by the photographer. The emergence of photographic works that point out everyday objects and everyday life events is an attempt to reveal unpretentious value at once to show the complexity of the thoughts and experience of human beings. It is interesting to explore how simple things can arise from the accumulation of the far more complex life and thoughts of human being and ultimately, everyday life can be understood more deeply.
Identitas di Luar Bingkai Keseharian
Fotografi merupakan sebuah penemuan dalam upaya manusia untuk membekukan momen. Momen yang memiliki nilai tertentu bagi subjek tertentu. Momen yang dibekukan dalam sebuah karya fotografi mencakup kejadian-kejadian, benda-benda, serta aktivitas yang secara sadar ataupun tak sadar dibatasi oleh ukuran frame pada kamera. Proses pembatasan ataupun pembingkaian yang dilakukan oleh seorang fotografer sedikit banyak merupakan sebuah usaha untuk menunjukkan kejadian ataupun objek apa yang menjadi fokus dalam sebuah karya fotografi. Dalam perkembangannya, fotografi tidak hanya bicara soal menirukan sesuatu yang ada di dunia dengan akurat dan kemampuan reproduksinya yang kemudian memancing komersialisasi terhadap fotografi itu sendiri, fotografi juga dapat memunculkan berbagai hal yang tidak bisa secara langsung kita temukan dalam objek-objek ataupun kejadian yang terekam kamera. Hal-hal yang berada di luar batas (baca: frame) sebuah foto yang dipicu oleh indeks yang muncul dalam benda atau kejadian di dalam foto.
A boundary is not that at which something stops but, as the Greeks recognized, the boundary is that from which something begins its presencing.
Martin Heidegger, ‘Building, dwelling, thinking’
Mengutip Martin Heidegger dalam bukunya Poetry, Language, Thought (1971), sebuah batas, dalam hal ini frame dalam foto, merupakan sesuatu yang memicu kehadiran ‘hal-hal lain’ di luar objek dalam foto. ‘Hal-hal lain’ yang dimaksud dapat berupa ide, gagasan, kritik, ataupun aspirasi-aspirasi yang bisa jadi di luar kendali sang fotografer. Bahkan objek paling sederhana ataupun kejadian remeh temeh, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dalam sebuah foto, mampu memunculkan beragam persoalan yang lebih rumit dari apa yang diabadikan dalam foto.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang kompleks, hal ini tidak bisa dilepaskan dari lingkungan yang kemudian membentuk cara hidup serta cara berpikir yang berbeda antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Lingkungan dimana manusia tersebut menjalankan kehidupan kesehariannya. Namun, apa yang dijalani sehari-hari oleh seorang manusia terkadang dipandang terlalu remeh apabila dibandingkan dengan mimpi ataupun cita-cita besar manusia tersebut. Keseharian seringkali dilupakan dan tidak dimaknai.
Sebuah kejadian ataupun objek dalam foto mengindikasikan sebuah persoalan yang berkaitan dengan kompleksitas pemikiran maupun kehidupan manusia. Foto sebuah ruang personal seperti kamar tidur dapat mengindikasikan kepribadian manusia yang menempatinya. Lebih jauh lagi, sebuah benda yang juga bersifat personal di dalam foto dapat menunjukkan selera, ideologi, hingga moral sang pemilik benda tersebut. Momen-momen ataupun benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat personal dan individual merupakan kunci-kunci untuk membuka pintu-pintu kepribadian dan kehidupan seorang manusia hingga kondisi sosial budaya yang berada di sekelilingnya.
Karya-karya fotografi amatir Jacques Henri Lartigue di masa kecilnya (dimulai sekitar tahun 1901 ketika usianya tujuh tahun) dapat menunjukkan bagaimana kehidupan seorang anak yang berada di lingkungan keluarga kaya raya. Kumpulan foto yang diberi judul Face of Our Time (1929) karya August Sander mampu memunculkan kondisi sosial serta politik Jerman di era 1920-an melalui foto-foto portrait yang menggambarkan aktivitas keseharian masyarakat di sekitarnya. Hingga periode kunjungan Ai Weiwei ke Amerika Serikat pada tahun 1981 yang ia abadikan dalam karya fotografinya (dikenal dengan nama New York Photographs), mampu menunjukkan bagaimana proses akulturasi yang dialami Ai Weiwei selama ia mencari tahu bagaimana demokrasi di sebuah negara dijalankan. Semuanya merupakan karya-karya fotografi yang tidak hanya menangkap kehidupan keseharian tetapi juga dapat memunculkan pengalaman serta pemahaman mengenai hal-hal yang jauh lebih luas dari objek-objek serta kejadian yang dimunculkan dalam sebuah foto.
George Mandagie, dalam tiga seri karyanya yang masing-masing berjudul Maya, Chemin du Ha Ha, dan Villa Perochon, menunjukkan sebuah upaya untuk menghadirkan identitas dari sudut pandang orang ketiga. Sementara Sandi Jaya Saputra, dalam Nothing is Imagined #1, #2, dan #3, menghadirkan identitas dari sudut pandang orang pertama, lingkup kehidupannya sendiri. Keduanya menunjukkan sebuah kecenderungan utama yang saling beririsan, yaitu bagaimana identitas bisa dihadirkan dari aktivitas serta objek-objek keseharian.
Seperti halnya kata-kata ataupun kalimat yang dicetak tebal dalam sebuah teks, pembingkaian dalam fotografi (secara sadar maupun tak sadar) merupakan sebuah usaha penekanan ataupun pemberian indeks yang mengarahkan pada apa yang ingin disampaikan ataupun ditangkap sang fotografer. Munculnya karya-karya fotografi yang mengangkat objek-objek serta kejadian sehari-hari merupakan sebuah usaha untuk menghadirkan nilai-nilai sederhana sekaligus menunjukkan kompleksitas pemikiran serta pengalaman manusia. Menarik untuk mengeksplorasi bagaimana hal-hal sederhana bisa muncul dari akumulasi kehidupan serta pemikiran manusia yang jauh lebih kompleks sehingga pada akhirnya kehidupan sehari-hari dapat dimaknai lebih mendalam.
(Tulisan pengantar untuk pameran IDENTITY BEYOND THE EVERYDAY LIFE FRAME 7 – 29 Maret 2015, Lawangwangi Creative Space, Bandung, Indonesia)
One response to “Identity Beyond the Everyday Life Frame”
-
Use of other specimens eg, cytology specimens will require additional adequate validation, as would any changes in tissue processing protocols priligy precio 2014 Apr; 144 4 447 60
Leave a Reply