Perkembangan peradaban manusia dirumuskan melalui penelusuran serta pembacaan jejak-jejak sejarah untuk kemudian digunakan sebagai sumber pembelajaran, informasi, serta inspirasi. Tanpa adanya jejak-jejak (baik lisan, tulisan, hingga artefak) sebagai sumber informasi, perkembangan peradaban manusia bisa jadi berjalan sangat lambat. Di era internet saat ini, pertukaran informasi yang berjalan dengan sangat cepat terkadang tidak diiringi dengan kecepatan (atau lebih buruk lagi keinginan) menelusuri jejak informasi tersebut. Kekeliruan dalam memahami dan menyampaikan sebuah informasi menjadi sangat rentan terjadi. Ironis, ketika era tersebut dikenal dengan nama ‘era informasi.’
Karya seni merupakan bentuk ‘jejak’ yang dihasilkan oleh seniman. Sebuah informasi yang umumnya multi-interpretasi dikarenakan seniman cenderung memproduksi lapisan makna melalui ragam pengalaman dan eksplorasi. Di satu sisi, karya seni tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang aktual dan faktual. Di sisi lain, karakteristik tersebut lah yang justru menjadi nilai utama sebuah karya seni. Karya seni hampir selalu berada di antara pengalaman aktual seniman dengan proses berpikir dan eksplorasi mediumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Susan Deri dalam Symbolization and Creativity (1984):
…in the course of creation, a “dialogue” takes place between the artist and the work. There is a continual matching (probably on the preconscious level) between external and the internal that takes shape through the “dialogue” between the artist and the visible work. The outside feeds the inside, which again looks out – maybe changed due to the effect of what has been seen on the canvas. The final work possesses a self-consistent system of relations, which is the essential “subject matter” of all art forms.
Dengan kata lain, karya seni merupakan kumpulan jejak-jejak pengalaman seniman yang kemudian direalisasikan melalui metode dan medium tertentu. Jejak-jejak pengalaman dalam bentuk objek dan representasi yang kemungkinan besar telah direkonstruksi. Setidaknya itulah yang dipahami oleh penonton atau penikmat seni menurut Joanna Field dalam On Not Being Able to Paint (1957). Field mengungkapkan bahwa seniman memiliki pemahaman yang berbeda terhadap objek dan representasi tersebut:
The importance of a work of art may be the lost object that the work re-creates; but for the artist as artist, rather than as patient, and for whoever responds to his work, I think the essential point is the new thing that he has created, the new bit of the external world that he has made significant and “real” through endowing it with form.
Perbedaan pemahaman antara seniman dan penikmat karyanya jelas berada pada pijakan informasi ataupun ‘jejak’ pada karya yang dimaksud. Seniman berpijak pada ‘jejak aktual’ yang kemudian direkonstruksi menjadi ‘jejak baru,’ sementara penikmat seni, tanpa mengetahui ‘jejak aktual’ seniman, hanya mampu berpijak pada ‘jejak baru’ tersebut. Pameran On Traces menekankan pada pemahaman terhadap ‘jejak’ yang dielaborasi oleh masing-masing seniman partisipan. Bagaimana seniman secara sadar mengolah gagasan ‘jejak’ ke dalam karyanya sekaligus memproduksi ragam pijakan interpretasi bagi penonton.
Muhammad Taufik (Emte) secara visual mengelaborasi gagasan jejak yang terkait dengan aktivitas tertentu. Objek dan representasi yang dimunculkan merupakan tanda (atau indeks dalam pemahaman semiotika triadic Charles Sanders Peirce) telah berlangsungnya sebuah peristiwa. Memasuki ranah yang lebih personal, Erwin Windu Pranata tertarik menelusuri jejak silsilah keluarga sekaligus menganalisis pola aktivitas kesehariannya. Kombinasi kedua hal tersebut membuat kekaryaannya berada di antara eksplorasi terukur namun sekaligus juga berdasarkan pada peluang. Sanchia Hamidjaja juga mengeksplorasi gagasan terkait dengan peluang namun dengan ketertarikan pada hewan-hewan berukuran kecil. Metode chance operation (yang populer dilakukan oleh komponis asal Amerika Serikat, John Cage) dimanfaatkan Sanchia untuk menentukan komposisi visual dalam kekaryaannya. Kekaryaan Rega Ayundya Putri dan Ruth Marbun nampak beririsan di ranah psikoanalisis namun dengan elaborasi yang berbeda satu sama lain. Keduanya sama-sama menekankan wilayah alam bawah sadar: Rega dengan eksplorasi garis; sementara Ruth melalui olahan ragam mediumnya.
Secara terstruktur, kelima seniman dalam pameran On Traces memunculkan ragam olah gagasan jejak melalui eksplorasi tiga tingkatan kesadaran: sadar, ambang sadar, dan bawah sadar. Beberapa diantaranya bahkan mengeksplorasi irisan di antara dua jenis tingkatan. Pola hubungan antara gagasan dan psikologi seniman selalu menjadi hal yang menarik untuk diangkat dalam medan kesenian. Dalam The Artist’s Mind: A Psychoanalytic Perspective on Creativity, Modern Art and Modern Artists (2010), sang penulis, George Hagman, mengutip Carl Rotenberg (Learning from Kohut: Progress in Self Psychology Vol. 4, 1988) untuk menggambarkan pola hubungan tersebut:
The area of interaction between the artist and his own work, he puts his own puzzles and mental ambiguities outside himself and then reacts to them as if they were other than his. In a sense, once the artist begins a work, he surrenders to it as though the work were dominating him, demanding a solution of its own ambiguities, and requiring completion. The artist experiences selfobject functioning of the artwork as alive, active, and interpretive and eventually having transformative capabilities, to the extent that inner puzzles of the artist are worked through this externalization.
Pameran On Traces pada akhirnya merupakan sebuah upaya untuk membongkar hubungan antara seniman, dorongan berkarya, dalam hal ini olah gagasan ‘jejak,’ dan hasil akhir atau visual karya. Keterikatan di antara ketiganya diharapkan mampu meningkatkan pemahaman serta apresiasi publik terhadap individu beserta kekaryaannya.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=uTMgNSu_8Ts&w=560&h=315]
(Pengantar kuratorial untuk pameran On Traces, 8 – 20 Mei 2018, Edwin’s Gallery, Jakarta Selatan, Jakarta, Indonesia)
One response to “On Traces”
-
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Leave a Reply