Elaborasi Seni Transisi Klub Remaja
Pameran Open Call for Artists: Kejuaraan Kelas Bulu menghadirkan ragam eksplorasi yang antara lain menampilkan olahan imaji-imaji budaya populer oleh Igi Anjangbiani dan Radityo Luthfi Fadhil, elaborasi tradisi lokal oleh AY Sekar F., serta kombinasi gagasan konseptual dan visual minimalis oleh Luthfi Zulkifli dan Mohammad Heikal. Kelima seniman tersebut, yang saat ini sepakat tergabung dalam wadah Klub Remaja, nampak mengolah gagasan-gagasan seni transisi (seni pop, minimal, dan konseptual) dalam sejarah seni rupa Barat, terutama periode 1960-an – 1970-an. Sebuah periode yang identik dengan gagasan posmodern yang berupaya meruntuhkan kepercayaan bahwa seni bersifat universal.
Tendensi perlawanan dalam seni-seni transisi di era posmodern setidaknya memiliki nafas yang sama dengan eksplorasi kekaryaan Klub Remaja saat ini. Pemilihan kata ‘remaja’ yang identik dengan usia transisi menuju dewasa pun memperkuat relasi antara Klub Remaja dengan langgam kesenian di era transisi kebudayaan Barat tersebut. Meskipun usia masing-masing anggota Klub Remaja saat ini tidak bisa lagi dikategorikan ke dalam rentang usia remaja, setidaknya terdapat tiga kata kunci (yang menggambarkan usia remaja) yang diserap oleh Klub Remaja sebagai gagasan berkarya: transisi, bermain, dan perlawanan. Ketiga kata kunci tersebut kemudian diolah dalam tiga ranah berbeda: kekaryaan, format pameran, dan wacana kesenian.
Dari sisi kekaryaan, seperti yang telah disebutkan di awal pengantar kuratorial, kelima anggota Klub Remaja setidaknya memunculkan tiga langgam kesenian transisi. Seni pop yang muncul di pertengahan hingga akhir 1950-an dianggap sebagai salah satu bentuk perlawanan serta sebuah penanda berakhirnya era seni modern di Barat. Langgam ini kemudian menjadi wilayah eksplorasi Igi Anjangbiani dan Radityo Luthfi Fadhil. Igi yang cukup lama berkecimpung dalam dunia toys art kemudian menghadirkan tegangan antara nostalgia mainan-mainan di masa kecilnya dengan gagasan ‘mempermainkan’ teks dan imaji dalam wadah mainan-mainan premium saat ini. Sementara Radityo berupaya menghadirkan fantasi-fantasi konsumerisme dalam bentuk-bentuk yang mengingatkan kita pada makanan-makanan cepat saji.
Dengan mengangkat tradisi Batik sebagai pemicu utama berkarya, AY Sekar F. nampak berada dalam gagasan besar posmodern yang menekankan sifat lokal kesenian. Sekar mengolah bentuk paradoks antara yang tak hingga (Tuhan/Semesta) dan yang terbatas (Manusia/Alam) melalui manipulasi olahan kainnya. Di samping itu, ia juga mengangkat gagasan relasi dan persamaan antara tradisi membuat Batik dengan aktivitas berdoa melalui elaborasi visual karyanya. Kembali ke wilayah kesenian transisi Barat, Luthfi Zulkifli dan Mohammad Heikal tertarik pada visual seni minimalis yang seringkali dianggap berada di antara seni modern dan posmodern. Di satu sisi, secara visual cenderung formalis, di sisi lain, secara gagasan bersifat konseptual. Luthfi, melalui eksplorasi medium tiga dimensionalnya, berupaya menghadirkan gagasan-gagasan ilmiah berkaitan dengan pembengkokkan ruang dan waktu. Sementara Heikal tertarik dengan fenomena cahaya yang kemudian ia kaitkan dengan elaborasi teks sebagai perwakilan dari ketertarikannya yang lain, ranah linguistik.
Selain wilayah kekaryaan yang bersifat individu, secara kolektif Klub Remaja juga berupaya menghadirkan ‘permainan’ dalam bentuk olahan format pameran. Masing-masing anggota Klub Remaja bersepakat untuk melibatkan audiens pameran ke dalam aktivitas menilai karya. Hal ini juga berkaitan erat dengan kritik mereka terhadap perhelatan-perhelatan kesenian, terutama seni rupa, yang berbentuk kompetisi. Dalam hal ini, Klub Remaja ingin menghadirkan suasana penjurian ataupun penilaian yang selama ini dianggap terlalu ekslusif dan tertutup.
Open Call for Artists: Kejuaraan Kelas Bulu merupakan sebuah upaya mempertanyakan kedalaman pembacaan ‘teks’ (baik secara harfiah ataupun ‘teks’ dalam bentuk karya maupun gagasan). Seberapa jauh audiens seni dapat membaca dan memperhatikan secara kritis setiap teks yang diproduksi oleh Klub Remaja. Dalam publikasi, eksplorasi, hingga presentasi Klub Remaja.
(Pengantar kuratorial untuk pameran OPEN CALL FOR ARTISTS: Kejuaraan Kelas Bulu, 16 – 22 Desember 2017, Kolekt, Bandung, Indonesia)
One response to “OPEN CALL FOR ARTISTS: Kejuaraan Kelas Bulu”
-
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Leave a Reply