Bunyi Esensial

By developing his extensions, man has been able to improve or specialize various functions. The computer is an extension of part of the brain, the telephone extends the voice, the wheel extends the legs and feet. Language extends experience in time and space while writing extends language. Man has elaborated his extensions to such a degree that we are apt to forget that his humanness is rooted in his animal nature.1

Ungkapan Edward Twitchell Hall di atas, dalam pengantar bukunya The Hidden Dimension (1966) memaparkan upaya-upaya manusia untuk ‘berkembang’ namun di saat yang bersamaan memungkinkan hilangnya esensi atau hakikat dari kemanusiaan itu sendiri. Ekstensi-ekstensi manusia yang disebutkan oleh Hall merupakan penemuan-penemuan ataupun pemanfaatan teknologi yang, satu tahun kemudian dengan menggunakan istilah ‘media,’ dikritisi secara lebih mendetil oleh Marshall McLuhan melalui bukunya The Medium is the Massage: An Inventory of Effects (1967).

Di era informasi, atau secara khusus era digital, saat ini, esensi-esensi material ataupun kehidupan seolah terbungkus oleh ekstensi-ekstensi (baca: teknologi) yang diciptakan oleh manusia. Bahkan bunyi, sebagai sebuah fenomena ataupun elemen esensial yang bersifat intangible, pun tidak dapat lolos dari aktivitas penciptaan ekstensi manusia. Penemuan telepon, gramofon, hingga teknologi perekaman dan kompresi digital data audio termasuk ke dalam ekstensi-ekstensi bunyi dari masa lalu hingga saat ini. Yang terjadi adalah kaburnya pemahaman bunyi dalam konteks kemajuan teknologi hingga karya-karya seni digital. Bayangkan sebuah fenomena bunyi sebagai getaran pada permainan instrumen piano, kemudian permainan piano tersebut direkam diubah menjadi sebuah data audio. Data audio tersebut kemudian diolah dengan menggunakan algoritma tertentu sehingga menghasilkan sebuah pola yang terus menerus berubah. Ketika ditampilkan sebagai sebuah karya, data audio tadi diiringi dengan instalasi laser yang bergerak dinamis dalam sebuah ruangan gelap. Kurang lebih begitulah deskripsi karya instalasi bunyi Robert Henke berjudul Fragile Territories (2013). Lantas siapa yang dapat menebak bahwa pemicu awal karya tersebut merupakan sebuah fenomena getaran yang menghasilkan bunyi pada instrumen piano?

Seperti halnya sebuah kisah yang cenderung eksistensialis dalam film populer yang disutradarai oleh Sofia Coppola, Lost in Translation (2003), fenomena bunyi dalam karya Robert Henke seolah diperankan oleh Scarlett Johansson sebagai Charlotte, seorang wanita muda yang baru saja menikah, yang kemudian tersesat dalam sebuah instalasi ruangan yang kompleks bernama kebudayaan Jepang. Kompleksitas sebuah karya di era digital bisa jadi menghilangkan kesadaran audiens akan esensi karya tersebut, terlebih bagi audiens yang tidak menyimak secara seksama kedalaman sebuah karya. Marshall McLuhan, dalam The Medium is the Massage: An Inventory of Effects mengungkapkan bahwa dunia telinga, dalam hal ini fenomena bunyi, merupakan sebuah dunia yang mencerminkan sebuah hubungan yang simultan,

We hear sounds from everywhere, without ever having to focus. Sounds come from “above,” from “below,” from in “front” of us, from “behind” us, from our “right.” From our “left.” We can’t shut out sound automatically. We simply are not equipped with earlids. Where a visual space is an organized continuum of a uniformed connected kind, the ear world is a world of simultaneous relationships.2

Upaya pencarian esensi sebuah karya bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, terlebih apabila esensi karya tersebut adalah fenomena bunyi. Bunyi, yang bersifat tak terlihat dan selalu berubah, sebagai basis sebuah karya yang merupakan bagian dari ekstensi dan eksistensi manusia. Bunyi yang bersifat esensial menjadi tantangan tersendiri bagi audiens karya-karya seni dengan kompleksitas tinggi di era kontemporer saat ini.

__________________________________________

  1. Hall, Edward T. 1966. The Hidden Dimension, halaman 3. New York: DOUBLEDAY.
  2. Mcluhan, Marshall & Quentin Fiore. 1967. The Medium is the Massage: An Inventory of Effects, halaman 111. London: Penguin Books.

 

(Pengantar untuk Salon Vol. 5: Lost in Transmission, 8 Oktober 2016, Ruang Sayap, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *