Pencampuran dua atau lebih substansi dalam ranah tertentu telah terbukti menghasilkan temuan-temuan baru yang signifikan. Dalam ranah seni rupa, bentuk-bentuk hibrid seperti seni performans, happening art, dan seni video misalnya, telah diidentifikasi sebagai bentuk-bentuk pencampuran yang kemudian diklaim dengan nama intermedia oleh salah seorang eksponen gerakan Fluxus, Dick Higgins. Aktivitas pencampuran (mixture, dalam Bahasa Inggris) merupakan sebuah upaya pencarian yang didalamnya mengandung setidaknya dua interpretasi: upaya eksplorasi dan tingkat keberhasilan. Kedua hal tersebutlah yang kemudian menentukan posisi sebuah aktivitas pencampuran, apakah ia merupakan sebuah pencampuran yang gagal? bersifat sedang atau biasa saja? Cukup? hingga berhasil atau bahkan sangat baik (grand).

Istilah the grand mixture cukup populer digunakan dalam ranah botani, dalam hal ini jenis tanaman bunga. Judul pameran The Gra(n)d Mixture merupakan penggabungan antara pemaknaan istilah the grand mixture itu sendiri serta permainan kata the grad mixture sebagai identitas pameran kolektif dalam ranah yang beririsan dengan akademi seni rupa. Pameran The Gra(n)d Mixture setidaknya menawarkan dua poin utama: sebuah upaya kolektif yang bertujuan melahirkan sebuah pameran yang lebih dari sekadar berhasil dan pencampuran dua fokus studi masing-masing seniman, teori dan kekaryaan.

revisi-walltext-a0-the-grand-mixture-02

 

We have such a mixture now, such a fusion of different genres.

Ryszard Kapuscinski

Ragam kekaryaan seniman saat ini telah menghasilkan kompleksitas dalam hal penentuan indikator keberhasilan ataupun kualitas sebuah karya seni rupa. Saling silang gagasan, medium, bahkan hingga disiplin keilmuan secara positif memperkaya kemungkinan ragam kekaryaan tersebut. Secara umum, meluasnya ragam kekaryaan tentunya dapat memicu bertambahnya jumlah produksi seniman. Fenomenanya, perluasan kemungkinan berkarya belakangan ini telah melahirkan banyak seniman yang bisa jadi berangkat dari luar disiplin keilmuan seni. Peran institusi seni rupa sebagai produsen perupa yang ‘valid’ menjadi cukup krusial. Hal ini tentu berkaitan dengan kualitas perupa-perupa yang dihasilkan oleh institusi seni rupa tersebut. Atau bahkan, mungkin saja kecairan dalam berkarya rupa bisa menihilkan peran institusi seni rupa sebagai produsen seniman yang utama.

Pameran The Gra(n)d Mixture merupakan sebuah gambaran produksi ragam karya serta seniman dalam lingkup institusi seni rupa. Ragam seniman, dalam artian tidak semua seniman yang terlibat dalam The Gra(n)d Mixture merupakan seniman yang berbasis kekaryaan (sebagian seniman berbasis riset sejarah dan teori). Keragaman ini menghasilkan setidaknya sembilan irisan kecenderungan berkarya, mulai dari ketertarikan pada tradisi, studi ataupun eksplorasi mendalam pada teknik tertentu, medium drawing, seni lukis, dan instalasi, hingga gagasan-gagasan yang berkaitan dengan figur, hewan, memori, dan proyeksi masa depan. Harry Atmami yang tertarik pada isu-isu vegetarian sekaligus juga studi-studi Athanasius Kircher dan Leonardo da Vinci di era Renaissance beririsan dengan drawing naratif Genardi Atmadiredja yang cenderung visioner, serta analisis Wilman Hermana berkaitan dengan transformasi bentuk peperangan di masa kini. Studi figuratif Puri Fidhini yang dieksekusi melalui medium instalasi juga beriringan dengan studi Poppy Rahayu terhadap teknik cetak tradisional Jepang, gyotaku. Medium instalasi juga dielaborasi oleh Vega Giri yang tertarik pada isu keluarga serta R. Thiemann Beelt yang mengadopsi idiom dalam fotografi untuk menunjukkan keterbukaan sekaligus ketertutupan yang personal. Keduanya beririsan dengan eksplorasi medium seni lukis Bunga Yuridespita yang tertarik pada gagasan memori tubuh terhadap ruang aktivitas sehari-hari dan Tia Arochmanty Rosalina yang menganalisis pribadi-pribadi di sekitarnya secara simbolik.

img-20170207-wa0013

Sembilan seniman dengan (sedikitnya) sembilan irisan kecenderungan berkarya. The Gra(n)d Mixture adalah gambaran bertemunya berbagai kecenderungan dan ketertarikan berkarya rupa yang kemudian diharapkan dapat semakin memperkaya khazanah apresiasi karya seni rupa sekaligus menjadi indikator sejauh mana peran institusi seni rupa dalam memproduksi ragam seniman yang mumpuni.

 

(Press release dan pengantar kuratorial untuk The Gra(n)d Mixture,  9 – 12 Februari 2017, Galeri Hidayat, Bandung, Indonesia)

One response to “The Gra(n)d Mixture”

  1. Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *